Tahun 2016 ini terasa sangat campur aduk, rasa suka dan duka melebur menjadi satu kesatuan yang membuat diri ini bahkan tak mampu lagi membedakan mana yang harus ditertawakan atau ditangisi.
Tahun 2016 merupakan tahun yang sangat zuper sekali bagi gue. Dimana ada tawa, selang kemudian ada tangis yang sangat pilu hingga menyesakkan nafas. Dan semua tidak jauh dari sahabat dan keluarga, maklum gak punya pacar HAHAHA.
PERSAHABATAN
Semakin beranjak dewasa, semakin memahami arti teman dan semakin berharap pada sebuah persahabatan yang kekal. Tapi nyatanya, tidak ada yang kekal di dunia ini. Persahabatan yang begitu diagungkan dapat retak dengan mudah tanpa adanya percecokan perseorangan.
Sebut saja kami satu geng berisi 11 orang, yang suka dan duka dilalui bersama. Tamasya keliling kota, berkunjung ke tempat wisata, makan bersama, kerjasama tim, kesiangan dan lainnya. Kami lakukan bersama, namun diujung pendidikan, tercerai-berai karena ego masing-masing. Mereka memenuhi nafsu tanpa memandang kami pernah dibelakangnya untuk menyongsong masa depan bersama-sama. Pada kenyataannya, kata-kata yang terucap untuk lulus bersama-sama adalah omong kosong belaka.
Kami yang tersisa sebut saja menderita, tidak punya batu pijakan, tidak punya tempat untuk bertukar fikiran atau sekedar berbagi keluh kesah perihal Tugas Akhir. Ketika satu persatu dari kami saling menyibukkan diri dan menjauh, aku masih disini men-support mereka. Yap, 10 orang dari 11 anggota.
Rasanya hampa, ketika aku membutuhkan bantuan, mereka tidak membuka mata, hati dan telinga. Aku terpaksa berjalan sambil mengutuk diri sendiri tatkala telah berbaik hati sangat peduli pada mereka yang tidak peduli pada orang lain. Aku berfikir telah membuang-buang waktu kepada mereka yang bahkan tidak pernah menanyakan bagaimana keberlangsungan Tugas Akhir. Percayalah, batin ini tersiksa, hati ini sakit. Tapi lagi-lagi aku diajak kembali pada masa lalu, ketika kami bercengkerama perihal segala macam aspek kehidupan, disana ada nilai persahabatan yang hakiki. Kami bersahabat, dan pernah bersahabat. Mungkin hingga saat ini kami masih bersahabat meski tak tampak dalam dunia nyata atau maya.
Aku menangis karena terlalu perih pada kenyataan hidup, pada garis cerita kehidupan, pada persahabatan ini. Aku menangis karena kesepian tanpa teman menemani.
Lagi-lagi aku tersadar, bahwa masih ada Tuhan yang selalu menemani dan mengajarkan hambaNya untuk bangkit dari keterpurukan diri. Lalu, aku bangkit dengan berlapang dada, menerima semua kenyataan hidup, dan pahitnya persahabatan hingga akhirnya nama kalian tetap berada di ucapan terima kasihku.
Ternyata, Tuhan masih menguji keteguhan hatiku, yang sebenarnya butuh sandaran untuk mengistirahatkan sejenak diri, pada sebuah persahabatan.
Persahabatan kami terjalin lebih lama dan lebih mendalam daripada persahabatan yang hancur tatkala Tugas Akhir menghampiri.
Kami kenal dari semasa sekolah, pahit dan manis remaja pernah dirasakan bersama, i’ve seen their bad and good, bercengkerama hingga malam hari, dan menjalin tali kekeluargaan meski tidak sedarah.
Lalu kabar itu datang, aku terpukul, aku kaget, aku menangisi jalan Tuhan yang memang sudah dituliskan sedemikian rupa. Aku menangisi dia yang telah bersanding dengan seorang wanita. Bukan, bukan karena aku cemburu, tapi aku merasa wanita itu telah mengambil dia dari hidupku.
Dia yang biasa selalu ada kala malam menerjang, kala sepi mengerubungi, kala hati sedang berkabut. Dan aku yang selalu ada kala dia kesepian, atau tak ada tempat bersinggah. Aku menangis, tidak terima semua kenyataan itu, tidak menerima takdir Tuhan.
Percayalah, rasanya seperempat hidupku lenyap. Tidak ada lagi dering telpon jam 12 malam, tidak ada lagi teman yang mengusir kesepian, tidak ada lagi teman yang selalu siap sedia untuk datang hanya sekedar mendengarkan curahan hati hingga tertawa terbahak-bahak menembus sepinya malam.
Namun, aku tersadar, bahwa larut dalam kesedihan dan menyangkal kenyataan hidup dan menolak takdir Tuhan adalah sebuah tindakan yang membuat hidup tak lagi bergairah. Perlahan air mata mengering dan perih sudah tertutupi dengan tawa, aku mencoba tegar dan menerima kenyataan hidup. Sepahit dan semanis apapun kenyataan, inilah kehidupan.
Pada setiap kenangan manis yang telah terukir, disana pernah ada kita yang bercengkerama bersama. Pada setiap tempat yang pernah dikunjungi, disana kita pernah tertawa. Pada setiap malam yang dingin, kita pernah berbincang tentang suka dan duka kehidupan.
Hari ini aku rindu, aku kesepian, aku butuh kalian, tapi aku sadar, kehidupan kalian tak lagi berputar pada kata “kita”. Kalian telah membangun istana kehidupan kalian yang rasanya tak ada lagi aku yang membantu dalam mendirikan fondasinya.
i miss you so much
Aku harus menjalani hidup tanpa kalian di hidupku, aku harus menerima kenyataan bahwa kalian tak bisa lagi dengan mudah menyempatkan waktu denganku. Sahabat, berbahagialah dengan kehidupanmu yang baru. Berbahagialah dengan jalan hidup yang telah kau tentukan. Dan berbahagialah dengan mereka di sekitarmu.
to be continue…