“Tidak hanya pecandu narkoba saja yang harus diterapi dengan bantuan BNN, harus ada badan khusus untuk menanggulangi peredaran pornografi di Indonesia” -hal 17-
Siapa yang mau berada dalam jerat jeruji besi? Bahkan pelaku tindak kriminal saja berupaya penuh untuk lolos dari dinginnya penjara. Apalagi para jomblowan dan jomblowati, kalian enggak mau terpenjara dalam kesendirian, kan? *lah nanya sama diri sendiri ini mah*
Ketika di dalam penjara adalah sebuah buku karangan seorang anak manusia yang kuliah di sebuah fakultas kedokteran di Jogja. Penjara yang dimaksud bukan jeruji besi yang berada pada sebuah rumah tahanan tempat pembinaan berbagai macam pelaku tindak kejahatan ya, tapi ini adalah sebuah cerita perihal berada dalam lingkaran pornografi.
Ketika Berada Di Dalam Penjara
Farhandika Mursyid
ISBN :978-602-3092-43-7
Yogyakarta, Indie Book Corner, 2017
Buku yang berjudul Ketika Berada Di Dalam Penjara karangan Pakdok *begitulah saya biasa memanggilnya* merupakan sebuah buku tentang bagaimana situasi dan kondisi ketika merasa candu pada pornografi, yang di fokuskan pada kecanduan menonton film biru, atau blue film, atau bf, atau film porno atau juga biasa di sebut bokep.
Porn is everywhere and for everyone. -hal 26-
Coba jujur, apakah kamu sering menonton begituan? Atau, pernahkah kamu menonton itu? Pasti kalian yang membaca postingan ini pernah menontonnya. Pornografi sekarang ini masih saja merajalela, meskipun aksesnya sudah sangat ketat dengan diberlakukannya internet sehat. Tapi toh, manusia itu banyak akalnya, pasti bisa mengakali sebuah situs porno atau terlarang lainnya dari jerat internet sehat.
Buku ini disajikan dalam bentuk deskriptif dengan diselipi percakapan sehingga membuatnya menjadi sangat terasa komunikatif. Iya, percakapan. Di dalam buku ini terdapat percakapan, yaitu penulis dengan seorang teman dan penulis dengan seorang profesor.
Porn is a Drug
Cerita dimulai ketika seorang teman yang curhat perihal kecanduannya terhadap pornografi sehingga membuatnya merasakan perubahan dari segi emosional, misalnya depresi, mudah emosi, dan kurangnya konsentrasi dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Lantas, penulis menyediakan tempat konsultasi dalam membantu mengeluarkan diri dari jerat pornografi yang kian membuat candu bak sebuah narkoba.
Dengan mudahnya akses pornografi juga, tindak kriminal pelecehan seksual kepada anak kian membludak loh. Yuk, mari perangi pornografi. Etapi, tahu gak sih apa itu pornografi?
Di kutip dari wikipedia, Pornografi (dari bahasa Yunani πορνογραφία pornographia — secara harafiah tulisan tentang atau gambar tentang pelacur) (kadang kala juga disingkat menjadi “porn,” “pr0n,” atau “porno“) adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksualitas manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan berahi (gairah seksual). Pornografi berbeda dari erotika. Dapat dikatakan, pornografi adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika sendiri adalah penjabaran fisik dari konsep-konsep erotisme. Kalangan industri pornografi kerap kali menggunakan istilah erotika dengan motif eufemisme namun mengakibatkan kekacauan pemahaman di kalangan masyarakat umum.
Karena maraknya pelecehan seksual kepada anak, membuat tekad penulis semakin bulat dalam merampungkan buku ini yang terdiri dari 104 halaman, memiliki 8 sub bab dan lembar surat pribadi penulis kepada beberapa pihak.
Dari buku ini, gue pribadi mengetahui apa saja ciri-ciri ketika kecanduan pada pornografi, yaitu :
– Cemas
– Mood Swing (mudah marah)
– Susah tidur
– Mudah lelah
– Konsentrasi Menurun
– Depresi
– Isolasi sosial
– Mudah gelisah
Adakah dari ciri-ciri yang gue sebutin mengendap pada diri kalian?
Menurut gue pribadi, bukunya bagus, analoginya juga mudah dimengerti meskipun berbahasa ilmiah. Juga dimasuki berbagai jenis penelitian yang bisa membuat kita bertambah banyak keilmuannya *jadi pengen kuliah lagi* . Selain itu, pembaca juga mendapatkan tips dan trik bagaimana cara keluar dari lingkup pornografi yang membelenggu diri.
Dalam buku ini dikatakan bahwa Pornografi diibaratkan narkoba yang mampu membuat penontonnya merasa ketergantungan selalu ingin nonton terus menerus. Sama dengan Drama Korea gak sih? Nonton satu episode, bawaannya pengen nonton terus *lah
Kekurangan buku ini adalah ceritanya terlalu singkat, dan akhir cerita yang kurang greget. Kalau buku ini dikategorikan sebagai buku referensi, bisa gak sih? hahaha soalnya bukunya penuh pengetahuan banget bagi pembacanya, khususnya gue yang baru tau tentang bahayanya pornografi dari segi medis. Gue rekomendasiin buku ini deh buat kalian yang keseringan nonton BF. Belinya dimana? Bisa beli secara online di www.bukuindie.com.
Mari bersama perangi pornografi di Indonesia demi pemuda-pemudi cemerlang harapan bangsa.
With Love,
Mia Sastro Wardoyo
Kalau cewe mungkin nyebut pornografi masih tabu yaa…
kecuali memang cewenya mau di cap sebagai cewe gak baik.
Tapi 1 hal yang aku suka dari bukunya Pak Dok, disertai studi kasus yang nyata dan dilengkapi data yang mendukung.
Sukses terus buat Farhan.
Semoga semakin bergairah dalam menulis buah pikiran dan idenya di dunia kepenulisan.
iya, cewek masih agak malu-malu menyebutnya, tapi selama itu untuk pencegahan kepada sesama manusia, kenapa tidak mengulas itu yakan. Betul banget ka Len, aku juga suka sama penelitian yang diselipin di dalamnya, semacam baca jurnal semasa kuliah aja ya kan. jadi nostalgia jaman sekolah dan pengen sekolah lagi ke s2 hiks
kak, mau bli bukunya dmana?