Waktu terus berputar, detik demi detik, hari demi hari, dan tahun demi tahun harus dilewati hingga pada akhirnya ajal menjemput. Tak ada yang mampu memprediksi apa saja yang akan terjadi, bagaimana bisa terjadi hingga siapa yang dapat mengalaminya.
Bagi gue, 2016 adalah sebuah tahun yang sangat amat rumit. Tahun yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Dimulai pada awal tahun, tepatnya Januari 2016, Mamih harus dirawat di Rumah Sakit. Kalian tau gimana rasanya ketika melihat orangtua menginap di hotel? Pedih, pilu, nggak tega. Selalu berharap sakit yang dirasa Mamih beralih ke gue, sehingga Dede dan Papih nggak kesepian. Siapa sih yang nggak sedih ketika melihat orangtua kesakitan dan terbaring lemah sambil memikirkan kelangsungan hidup anggota keluarganya?
Allah itu Maha Adil. Setelah diberi cobaan, diberilah kebahagiaan. Keluarga besar menghabiskan liburan bersama.
Hidup memang perihal bad and good things.
Setelah perang dingin dengan teman yang sudah dianggap saudara sendiri, akhirnya dia kembali ke sisi, kami melupakan masalah yang terjadi dan saling terbuka seperti biasanya. I trust you then we trust each other.
Waktu berlalu, hingga skripsi belum juga kelar tapi beberapa teman sudah wisuda. Pilu, karena perkataan yang terucap tak dapat dibuktikan. Sebut saja, gue ditinggal lulus duluan. Pedih, tapi biarkan waktu berlalu atas kepedihan itu.
Ketika harusnya bimbingan dan mengejar ketinggalan pada bab 3, Mamih dan Papih malah ngajak liburan ke Dieng yang pada akhirnya memberikan gue kesempatan berfoto dengan para seragam akmil Magelang.
Lagi dan lagi, kesedihan itu datang, teman main semasa SMP meninggal dunia. Gue hanya bisa istigfar, istigfar. Allah itu Maha Adil, dimana ada kesedihan seketika itu akan diberi kebahagiaan.
Gue diberikan kesempatan menghadiri berbagai acara yang dihadiri oleh nara sumber ahli dan beberapa Blogger Indonesia yang senantiasa senang berbagi ilmu dan ngerumpiin hal-hal dari cara pindah hosting hingga Drama Korea.
Lalu, pada suatu hari pada bulan itu, datang sebuah chat yang membuat diri ini langsung menangis dikasur. Hal itu sungguh menyakitkan, hingga harus disadarkan oleh orang lain. Kaget dan rasanya tidak percaya bahwa hal itu bisa terjadi kepada dia yang kurindukan.
Dan pada satu kesempatan, kesedihan itu dibayar oleh senyum dalam perayaan ulang tahun yang ke dua puluh dua. Umur semakin bertambah, kedewasaan diri yang belum juga tumbuh dengan baik, beban yang semakin menumpuk, kewajiban yang harus ditempuh dan hak-hak yang bisa diambil sedemikian rupa.
Sambil menahan rindu dan menetapkan diri bahwa itu memang terjadi kepada dia yang kurindukan, Kami sekeluarga besar Mamih dna Papih liburan bersama sambil merayakan ulang tahun Papih. Semua orang hadir dan mendoakan keselamatan dan kesehatan serta Rejeki yang tak ada habisnya untuk Papih. And everyone loves you, Dad.
Berbagai konflik dan permasalahan keluarga selalu hadir disetiap kesempatan, dan memberikan kesedihan tersendiri. Percayalah, ketika kamu berada di lingkaran itu, hanya sakit yang selalu berada di dekatmu.
Pada akhirnya, skripsi yangi dikerjakan sejak Nopember 2015 akhirnya di sidangkan pada awal Agustus. Tangis penuh haru nan bahagia itu datang dari sanak keluarga, tapi sayangnya Papih tidak bisa mendengarkan cerita asli sensasi selepas sidang karena beliau ada dinas ke luar kota.
Kehilangan selalu ada di hidup ini. Kami sekeluarga kehilangan seorang sosok yang selalu mengisi hidup ketika tidak ada yang memasak, membersihkan rumah, dan membuat makanan. Gue rasa ini kepedihan yang amat sangat pilu hingga detik ini, kehadirannya sangat dirindukan. Beliau layaknya pengganti Mamih ketika gue enggak bisa masak, ketika gue kecapek-an bersih-bersih rumah, dan bantu masak dirumah jika ada acara. Rest in peace, Mak.
Tidak hanya itu, gue juga kehilangan salah satu sosok Dosen muda yang sangat berprestasi. Rasanya baru kemarin berdiskusi perihal beasiswa, keterampilan hingga novel-novel bagus karangan sastrawan luar negeri yang bisa di copy dari laptop beliau. Tapi Allah memang adil, penyakitnya diambil setelah hampir satu tahun diderita.
Nyata-nya, manusia tidak akan luput dari musibah. Abang dan Ipar sakit, yang mana mereka harus menginap dirumah demi perawatan yang intens. Tidak hanya itu, dua minggu sebelum wisuda, Papih harus dilarikan ke Rumah Sakit sepulang dari kegiatan gerak jalan. Papih mengeluh kesakitan hingga lemas. Gue yang kala itu ada dirumah, sebenarnya panik, hanya saja gue harus tegar menghadapi dan menangani situasi seperti itu. Permasalahan tidak bisa menyetir mobil, maka harus mencari supir kesana-kemari untuk membawa Papih ke UGD. Papih harus dirawat dan melakukan USG dua hari kemudian. Ya, Papih menginap di hotel yang juga pernah ditempati Mamih pada awal tahun 2016. Gue dan dede menyebutnya menginap dihotel, bukan dirawat di Rumah Sakit.
Saat itu gue pengen nangis, tapi enggak bisa. Karena kalau Mamih dan Dede liat gue nangis, pasti Mereka malah sedih juga. Siapa sih yang enggak sedih melihat Papihnya kesakitan? Sebenarnya lelah menahan emosi seperti itu, uring-uringan dan miris di dada. Menjadi anak kedua yang diandalkan memang harus kuat mental, tidak boleh cengeng, penyeimbang dan harus sabar.
Hidup adalah perihal keseimbangan antara kesedihan dan kebahagiaan. Karena tidak melulu berada pada satu sisi itu.
Gue diberikan kesempatan untuk bertemu, berbincang, dan tertawa bersama-sama dengan para member permainan Werewolf di aplikasi chatting, Telegram.
Lalu sampailah pada sebuah wisuda yang ditunggu-tunggu sebagai sebuah perayaan dipenghujung status sebagai mahasiswa. Semua tawa dan haru menyatu dalam sebuah foto yang terbingkai rapi di dinding rumah. Penantian wisuda setelah hampir satu tahun. Alhamdulillah lulus sebelum 4 tahun. Tapi wisuda masuknya 4tahun, sih. Haha
Musibah datang tanpa mengenal waktu, pagi hari ketika Mamih Papih siap berangkat kerja, gue harus mendampingi Kakek yang mesti di rawat di Rumah Sakit. Kakek yang sudah tua namun masih keras kepala itu dirawat oleh seorang Dokter ganteng yang memakai cincin emas di jari manis tangan sebelah kirinya.
Hidup tidak melulu menyedihkan seperti versimu, karena Allah telah menyediakan kebahagiaan yang terduga untukmu.
Terima kasih 2016 yang telah memberikan warna dan pelajaran berharga perihal kesabaran dan tanggung jawab.
Terima kasih buat teman-teman yang telah meramaikan hari-hari selama tahun 2016.
Terima kasih buat Mamih dan Papih yang selalu ada buat Dede.
Selamat tinggal 2016, semoga kesedihan tidak terlalu menyedihkan dan kebahagiaan datang apa adanya.
“Hidup adalah perihal keseimbangan antara kesedihan dan kebahagiaan. Karena tidak melulu berada pada satu sisi itu.” Sepakat sekali dengan kalimat itu. Ya, sebagai manusia, kita cuman bisa bersyukur saja. Salam kenal 😀
salam kenal juga mas! Iya, Allah maha adil, ketika diberi kesedihan, maka ddiberikan obatnya, yaitu kebahagiaan. hehe
Dede anak hebat. Semangat ya Mia, itu tidak seberapa dibanding penderitaan orang2 diluaran sana. Tetap menjadi pribadi yang mampu diandalkan orang sekitar. Salam buat keluarganya, ya. Lup yuu
semangaaat terusss.